Jembatan Pink Penghubung 2 Desa

Yogyakarta, 15 Desember 2011
Pink, Jembatan Cintaku



Melintas jalan 5 meter ternyata menentukan jarak perjalanan. Menghemat waktu 20 menit, mengurangi ongkos dan bahan bakar, mengurangi penatnya jalan melingkar. Kesemuanya diatasi dengan terwujudnya sebuah jembatan.
Di mana-mana ada jembatan. Jembatan bagus. Semua orang pernah lewat jembatan. Namun, nilai sebuah jembatan tidak dipandang dari sudut bentuk dan kekuatannya. Warna dan perjuangan juga menjadi nilai tersendiri. Mengapa demikian, kisah ini ada pada sebuah “Jembatan Pink”.
Warnanya pink—merah muda keunguan. Merajut semangat gotong-royong, memenuhi dambaan solusi yang tak tertuntaskan. Sebuah jembatan yang diidam-idamkan masyarakat, tergapai sudah.

Berbagai upaya sudah diusahakan masyarakat dalam pengadaan fasilitas penghubung ini. Mulai dari jembatansesek (istilah Jawa) yang terbuat dari bambu seadanya. Pernah  dibuat sasak dengan konstruksi teknik, tetapi akhirnya kandas juga karena selalu rusak. Hanyut terseret aliran air waktu banjir. Rusak karena bahannya memang tidak awet.Perjuangan warga tidak cukup sampai situ dan tidak patah semangat. Karena memang jembatan yang diimpi-impikan itu sangat diperlukan. Sebagai sarana penunjang perekonomian, kesehatan, pendidikan, dan sosial masyarakat. Secara rinci disebutkan bahwa jembatan tersebut dibutuhkan karena beberapa hal: (1) Anak-anak sekolah, apabila berangkat dan pulang sekolah harus berputar jauh, (2) Akses masyarakat RW 13 Prenggan ke Pasar Giwangan dan akses masyarakat RW 11 Pandeyan ke Pasar Kotagede harus melalui jalan besar, sehingga berputar. Selama tidak ada jembatan ini, warga masing-masing kelurahan harus berputar jauh untuk sampai tujuan di Kotagede atau Umbulharjo. Cukup jauh jalan kaki atau sepeda motor. Menambah ongkos dan keringat pun keluar. (3) Hubungan sosial kemasyarakatan antara 2 kelurahan (Pandeyan-Prenggan) khususnya RW 13 Prenggan dan RW 11 Pandeyan terhadang oleh Sungai Gajah Wong, (4) Sebagai sarana peningkatan pendapatan dari masyarakat Prenggan dan Pandeyan.

Pucuk dicinta ulam pun tiba, akhirnya datang juga suatu harapan. Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan keinginan mereka akan suatu jembatan terwujud juga. Jembatan penghubung Prenggan – Pandeyan tersebut masuk dalam alokasi Tahap II Tahun Anggaran 2010 Kelurahan Prenggan, Kotagede, Yogyakarta.Kelurahan Prenggan adalah salah satu kelurahan yang berada di Kota Yogyakarta, tepatnya masuk wilayah Kecamatan Kotagede. Warisan sejarah yang masih banyak terdapat di Kotagede rupanya membawa pengaruh bagi kehidupan sosial kemasyarakatan di Kelurahan Prenggan. Sifat gotong-royong dan tidak mau menang sendiri rupanya masih cukup lekat di Prenggan.
Jembatan ini didesain dengan menggunakan rangka baja dengan pondasi telapak, balokgelagar IWF 300 dan plat lantai baja bordes, dibangun atas biaya dari PNPM Mandiri Perkotaan sebesar Rp46.836.000. Bertindak sebagai panitianya adalah KSM Gajah Rejo, yang diketuai oleh Suyadi, dibantu masyarakat lainnya, seperti Heri Kombo, Dwi Chuk, dan kawan-kawan.
Selain dari sumber dana PNPM Mandiri Perkotaan, dana juga berasal dari swadaya masyarakat dari 2 kelurahan, yaitu Pandeyan dan Prenggan, berupa konsumsi jamuan tenaga kerja, kerja bakti, dan uang tunai.
Dari wilayah kelurahan Pandeyan sendiri, selain kerja bakti, subhanallah, dana tunai sebesar Rp6 juta dikucurkan juga dari alokasi kegiatan lingkungan BKM Pandeyan dalam rangka mewujudkan jembatan yang diimpikan tersebut, jika dijumlahkan total swadaya keseluruhannya terkumpul Rp24.709.800.
Dalam pengerjaannya, kendala lapangan selalu muncul, terutama banjir sering datang tiba-tiba, sehingga sangat mengganggu progres lapangan yang saat itu masuk tahap  pembangunan pondasi. Akhirnya berpengaruh pada biaya—membengkak. Karena harus menyewa mesin diesel penyedot air sebanyak 3 unit guna mengeluarkan air yang menggenang di lokasi galian.
Sesuai namanya jembatan ini dibangun atas dasar cinta dan kekeluargaan. Tentunya dengan harapan akan membawa kedamaian dan kenyamanan warga. Jumlah KK Miskin yang memanfaatkan jembatan di Kelurahan Prenggan sebanyak 8 KK (24 jiwa) dan Kelurahan Pandeyan sebanyak 25 KK (80 jiwa). Di Kelurahan Pandeyan lebih banyak dimanfaatkan oleh 2 RW, yaitu RW 10 dan 11.
Salah seorang warga Kelurahan Pandeyan yang bernama Andri Mahiran (8 thn), adalah murid kelas 1 SDN 1 Karangmulyo Kotagede yang selalu melewati jembatan ini setiap berangkat sekolah. “Jembatan bagus, urusan sekolah mulus,” kata dia. Karena sebelumnya, ketika hendak berangkat sekolah mereka harus lewat jalan memutar yang jaraknya cukup jauh.
Begitu halnya dengan apa yang disampaikan Sukamto (52 tahun), salah seorang warga Kelurahan Pandeyan yang juga ketua RW 11 Kelurahan Pandeyan. “Satu jalan dari seribu jalan menuju cita-cita sudah terbuka,” tutur dia.
Dampak pembangunan jembatan sangat banyak membawa kebaikan untuk masyarakat, terutama yang berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan kemudahan-kemudahan (dari segi ekonomi dan sosial), antara lain (1) Masyarakat Pandeyan mulai membuka warung kecil-kecilan setelah dibangunnya jembatan. Seiring berjalannya waktu setelah adanya jembatan terlihat suasana yang semakin semarak, adanya jembatan telah menghidupkan kegiatan ekonomi warga. Sudah muncul warung pecel Ibu Erna yang berjualan disebelah selatan jembatan, dan warung Bu Siti. (2) Banyak pedagang makanan (siomay, sate, dan sayur) yang lewat setelah adanya jembatan; (3) orang tua tidak perlu berputar ketika mengantar anaknya ke sekolah sehingga menghemat ongkos/biaya sekolah; (4) ada beberapa anak-anak sekolah yang menjadi berani berangkat ke sekolah sendirian tanpa diantar orang tua; (5) Jika ada selamatan/acara sosial, masyarakat di dua Kelurahan saling mengundang, karena jarak sudah lebih dekat; (6) Masyarakat Pandeyan lebih dekat jika akan ke Pasar Kotagede, begitu juga sebaliknya masyarakat Prenggan lebih dekat jika akan ke Pasar Giwangan ataupun wilayah di sekitar Umbulharjo.
Foto masyarakat yang memanfaatkan jembatan
Jembatan Pink diresmikan oleh Walikota Yogyakarta Hery Zudiyanto, SE, Akt. pada 12 Juni 2011. Walikoka hadir ke lokasi ini, merasa puas dan bangga atas partisipasi masyarakat serta kepedulian terhadap lingkungan dan atas terkumpulnya swadaya masyarakat yang begitu besar. Walikota menyambut dan membubuhkan tanda tangan pada prasasti jembatan. Beliau juga membubuhkan beberapa gambar hati sebagai lambang cinta dalam prasasti tersebut.
Semoga ke depan sesuai harapan bersama, bisa menjadi penghubung jalan yang lurus, yaitu jalan yang membawa kenikmatan dan keberkahan, bukan jalan orang-orang yang tersesat. Amiin.. (OC 5 DIY)
Informasi lebih lanjut silakan hubungi:
Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Prenggan 
Kelurahan Prenggan, Kecamatan Kotagede
Kota Yogyakarta 

Contact Person:
  • Drs. H. Rustadi (Koordinator), HP. 0274-6501556
  • Dwi Santoso (KSM), HP. 081578014145
  • Yusuf Fakhrudin, ST (Fasilitator Tekhnik Tim Kota 2), HP. 085643188434

Oleh:
Kartika Embriamaningsih, S.Psi.   
Fasilitator Sosial
Tim Yogyakarta 2
OC 5 Prov. D.I. Yogyakarta
PNPM Mandiri Perkotaan



Editor: Nina K. Wijaya

Sumber: www.p2kp.org



0 Response to "Jembatan Pink Penghubung 2 Desa"

Posting Komentar

Silakan kirimkan komentar Anda